Nabi ﷺ mengabarkan bahwa sebaik-baik manusia adalah para sahabatnya yang hidup pada zamannya. Setelah itu orang-orang sesudahnya yaitu para tabiin dan atba’ at-tabi’in (generasi setelah para tabiin). Kemudian Nabi  menjelaskan kerusakan orang-orang yang hidup setelah tiga masa yang utama tersebut. Mereka menganggap enteng persaksian, berkhianat terhadap amanah yang diberikan, tidak menepati komitmen yang mereka buat untuk diri mereka sendiri, dan tampak pada diri mereka pengaruh dari kecintaan terhadap dunia dan bersenang-senang dengannya.

Nabi ﷺ menyebutkan mengenai pertanyaan yang diajukan oleh dua malaikat di dalam kubur. Seorang hamba benar-benar akan ditanya tentang Nabinya . Jika seorang mukmin maka ia akan melihat tempatnya di surga dan kuburnya akan dilapangkan. Namun bila ia orang kafir, maka ia akan melihat tempatnya di neraka, dan diazab di dalam kubur sampai hari kiamat tiba.

Nabi ﷺ menyebutkan beberapa tanda-tanda kiamat kecil, di antaranya: ilmu dicabut, gempa banyak terjadi, waktu terasa singkat, fitnah bermunculan, pembunuhan merajalela, dan harta melimpah ruah.

Nabi ﷺ menyebutkan beberapa tanda-tanda kiamat yang akan muncul tiba-tiba. Nabi ﷺ memerintahkan agar seseorang bergegas mengerjakan amal saleh sebelum munculnya tanda-tanda tersebut.

Nabi ﷺ memberitahukan beberapa sifat Al-Masíñ Ad-Dajjál, yang merupakan fitnah terbesar di muka bumi. Tidak ada seorang nabi yang diutus kecuali pasti memperingatkan kaumnya mengenai fitnahnya. Ia sosok yang buta sebelah, tertulis di antara kedua matanya ‘Kafir’, yang setiap muslim bisa membacanya.

Nabi ﷺ, menyebutkan bahwa di antara tanda-tanda hari kiamat besar: matahari terbit dari arah barat, dan ketika sudah demikian, maka pintu tobat tertutup, sehingga tidak ada tobat lagi bagi siapa pun yang telah menyaksikannya.

Nabi ﷺ menyebutkan bahwa manusia kelak akan berdiri pada hari kiamat untuk dihisab di hadapan Rabbnya. Rabbnya akan mengajaknya berbicara tanpa penerjemah atau perantara, dan kala itu, seseorang tidak akan mendapatkan sesuatu yang bermanfaat baginya kecuali amalnya.

Nabi ﷺ mengabarkan bahwa panasnya api Jahanam melebihi panasnya api dunia tujuh puluh kali lipat.

Rabb kita ﷺ Allah تبارك وتعالى berfirman, Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah). Dan wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) dalam kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya." (QS. Yúnus: 26)

Nabi ﷺ menjelaskan bahwa setelah selesai menciptakan makhluk-Nya, Allah menulis di Al-Lauñ Al-MahfúÈ di sisi-Nya di atas Arasy, “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.”

Dalam hadis ini, Nabi menyebutkan beberapa fase perkembangan janin dalam kandungan ibunya, peniupan roh, dan penulisan takdirnya. Setelah itu, beliau menjelaskan bahwa yang menjadi penentu amalan adalah amalan yang terakhir. Barang siapa yang menutup kehidupannya dengan amalan ahli surga maka ia akan masuk surga. Sebaliknya, siapa yang menutup kehidupannya dengan amalan ahli neraka, maka ia akan masuk neraka. 

Nabi ﷺ memberikan wasiat kepada sepupunya yaitu Abdullah bin Abbás i dengan nasihat yang lengkap. Beliau menasihatinya untuk menauhidkan Allah dalam meminta, yaitu tidak meminta kepada selain Allah Ta’ala dan tidak minta pertolongan kecuali kepada-Nya. Beliau juga memberi nasihat untuk me-ngokohkan hati dan meyakini bahwa segala sesuatu berjalan sesuai dengan takdir Allah Ta’ala, tidak ada seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mudarat kecuali telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala.

Orang yang kuat imannya dan kuat dalam meraih kebaikan lebih utama daripada orang yang lemah. Bersemangatlah untuk meraih berbagai perkara yang berfaedah bagimu. Mohonlah pertolongan kepada Allah, jangan malas-malasan, dan jangan merasa lemah. Jika mendapatkan kebaikan maka pujilah Allah, jika gagal meraihnya maka janganlah mengucapkan, “Seandainya...” berangan-angan kembali pada perkara yang telah terluput, tetapi katakanlah, “‘Ini takdir Allah dan Dia melakukan apa yang Dia kehendaki.”

Nabi Muhammad meluruskan keyakinan umatnya dari sisa-sisa kejahiliahan. Beliau menjelaskan bahwa penyakit tidak dapat menular dengan sendirinya, akan tetapi hal itu terjadi dengan izin Allah Ta’ala. Beliau juga melarang sikap beranggapan sial dengan beberapa waktu, tempat, dan orang tertentu. Beliau senang jika seorang Muslim mempunyai sikap optimis karena kata-kata yang baik yang dilihat atau yang didengarnya.

Nabi Muhammad memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk melihat orang yang berada di bawahnya dalam urusan nikmat dan urusan keduniawian, yaitu orang-orang yang lebih miskin dan lebih lemah. Dan melarang mereka melihat orang yang Allah berikan kelebihan dalam urusan rezeki, kesehatan dan kenikmatan yang lain. Hal itu akan membuat mereka tidak meremehkan nikmat Allah yang dikaruniakan kepada mereka. 

Nabi menyebutkan memonopoli pengetahuan beberapa perkara, tidak ada yang tahu selain-Nya. Hal tersebut merupakan kunci-kunci gaib, yaitu: apa yang akan terjadi di masa depan, apa yang terjadi pada janin di dalam rahim, keguguran, dan yang semisal, kapan hujan akan turun, kapan dan di mana setiap jiwa akan mati, dan kapan kiamat akan tiba.

Nabi g mengabarkan bahwa siapa saja yang mendatangi dukun atau pendusta dan yang semisalnya, yang mengklaim mengetahui perkara gaib dan sebagainya, lalu ia membenarkan apa yang diklaimnya, maka ia telah kafir. Bisa jadi menyebabkannya keluar dari Islam atau mendekatkannya kepada kekafiran

Tolok ukur sebenarnya bukan pada penampilan dan fisik, tetapi pada keimanan atau kekufuran yang ada di dalam hati.

Rasulullah ﷺ memberitahu tentang tiga kriteria yang apabila ada dalam diri seseorang, maka ia benar-benar akan merasakan kemanisan iman, yaitu: mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari segala hal; mencintai seseorang karena Allah bukan karena jabatan atau keuntungan tertentu; dan hal yang paling dibencinya adalah kembali kepada kekafiran, sebagaimana ia benci untuk masuk neraka. Ia membenci kembali menjadi kafir dan semua perkara yang mengantarkan kepadanya.  

Nabi mengabarkan bahwa umatnya kelak taklid kepada umat-umat terdahulu dari kalangan Yahudi dan Nasrani dalam mengada- dakan perkara agama dan perbuatan maksiat, taklid buta