عن أبي هريرةرضي الله عنه أن رسول الله ﷺ قال: «أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللهِ مَسَاجِدُهَا،وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللهِ أَسْوَاقُهَا»
عن أبي هريرةرضي الله عنه أن رسول الله ﷺ قال: «أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللهِ مَسَاجِدُهَا،وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللهِ أَسْوَاقُهَا»
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah bersabda,
“Negeri yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya Dan negeri yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya.”
Nabi memberitahukan bahwa masjid-masjid merupakan tempat yang paling dicintai Allah Ta’ala, rumah ketaatan, asas ketakwaan, tempat berzikir, tempat menimba ilmu, dan tempat menyiarkan dakwah kepada Allah Ta’ala.Karenanya, Nabi sangat antusias membangun masjid pertama kali beliau sampai di Madinah Munawarah. Beliau membawa batu sendiri bersama para sahabatnya ketika membangunnya.Masjid merupakan batu bata pertama untuk membentuk negeri Islam, dari sana dakwah tersebar, di dalamnya diajarkan hukum-hukum dan syariat Islam. Nabi juga pernah mengatur urusan negara di dalamnya; berdiskusi terkait rencana perang dan pertempuran dengan para sahabatnya. Beliau juga menerima para duta dan utusan di masjid; memberangkatkan bala tentara dan utusan, serta memutuskan perkara antar dua pihak yang berseteru, dan lain sebagainya.Barang siapa yang sering ke masjid, berarti ia termasuk orang-orang yang beriman dan takut kepada Allah, yaitu orang-orang yang Allah berfirman mengenai mereka
“(Cahaya itu) di rumah-rumah yang di sana telah diperintahkan Allah untuk memuliakan dan menyebut nama-Nya, di sana bertasbih (menyucikan) nama-Nya pada waktu pagi dan petang, orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat).”
(QS. An-Núr: 36-37)
Dia menyifati mereka dengan keimanan dalam firman-Nya
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. At-Taubah: 18)
Maka dari itu, infak untuk membangun rumah-rumah Allah Ta’ala termasuk infak yang paling besar pahalanya, beliau bersabda, “Barang siapa yang membangun masjid karena mengharap wajah Allah (ikhlas), niscaya Allah akan membangun baginya yang sepadan dengannya di surga.[1]”
2. Nabi mengabarkan bahwa tempat yang paling dibenci di muka bumi ini adalah pasar-pasar. Di dalam pasar terjadi hiruk pikuk, kegaduhan, kesia-siaan, kecurangan, penipuan, sumpah palsu, transaksi-transaksi riba, pelanggaran janji, lalai dari zikir kepada Allah, dan yang semisal. Oleh karena itu, Salman Al-Farisi menuturkan bahwa pasar adalah medan perang setan di situ ia menancapkan benderanya.[2]
(1) Nabi memberitahukan bahwa masjid merupakan tempat yang paling dicintai Allah. Sehingga ibadah yang dilakukan di dalam masjid lebih baik daripada ibadah yang dilakukan di tempat lain. Mendirikan shalat di masjid lebih baik daripada shalat di rumah atau di pasar. Mengadakan majelis ilmu di masjid lebih baik daripada di tempat lain, berinfak untuk membangun masjid lebih utama dan lebih banyak pahalanya daripada berinfak pada ladang kebaikan lainnya.
(1) Kunci kebangkitan dan kemajuan Islam dahulu ialah mengaktifkan peran masjid sebagai tempat pendidikan, dakwah, dan pengajaran. Ketika perannya dihilangkan, menyebarlah kebodohan dan kelalaian di kalangan pemuda kaum Muslimin, hingga kebanyakan dari mereka tidak mengetahui rukun dan hukum-hukum Islam. Apabila kita menginginkan kembali kejayaan peradaban Islam, maka kita harus memperhatikan regenerasi dengan benar dan mengaktifkan peran masjid pada bidang tersebut.
(1) Jika masjid merupakan tempat yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala, maka tidak diragukan lagi, bahwa menetap di dalamnya dengan niat beribadah dan menunggu shalat memiliki pahala yang besar. Sebisa mungkin seorang Muslim tidak selayak melewatkannya begitu saja.
Allah menjadikan rutinitas pergi ke masjid termasuk amalan mulia yang dapat mendekatkan seorang hamba kepada Tuhannya, sampai-sampai Nabi mengategorikannya ke dalam tujuh golongan yang akan Allah berikan naungan kepada mereka pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya, “Dan seorang laki-laki yang hatinya selalu terpaut ke masjid.[3]”
(1) Masjid adalah rumah Allah Ta’ala, ada etika-etika yang berlaku di sana yang harus diterapkan seorang Muslim, sebagai contoh: mengenakan pakaian terbaik, berpenampilan yang baik, bagi kaum laki-laki memakai minyak wangi, tidak makan makanan yang beraroma tidak sedap, seperti bawang putih, bawang merah, dan sejenisnya yang dapat mengganggu para malaikat dan manusia.
(1) Seorang Muslim sebaiknya berdoa terlebih dahulu sebelum masuk masjid dengan doa-doa yang diriwayatkan dari Nabi, sebagaimana sabda beliau, “Apabila salah seorang di antara kalian hendak masuk masjid, ucapkanlah, ‘Alláhumma iftah lí abwába rahmatika (Ya Allah, bukakanlah pintu-pintu rahmat-Mu untukku),’ dan ketika keluar darinya, ‘Ucapkanlah, ‘Alláhumma inní as`aluka min faðlika (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu karunia-Mu).[4]’”
(1) Seseorang yang masuk masjid sebaiknya tidak langsung duduk, disunnahkan agar mengerjakan shalat dua rakaat sebagai penghormatan terhadap masjid (tahiyatul masjid). Nabi bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian masuk ke masjid, maka jangan langsung duduk sampai ia shalat dua rakaat.[5]”
(2) Pasar-pasar merupakan tempat yang paling buruk, lantaran di sana terdapat beragam kemaksiatan, keburukan, perdebatan, dan lain sebagainya. Tempat apa pun yang ada di dalamnya hal tersebut, maka statusnya sama. Jika di dalam rumah atau tempat kerja seseorang terdapat sumpah palsu, kejahatan, celaan, makian, dan yang sejenis, maka itu termasuk tempat terburuk di sisi Allah Ta’ala.
(2) Seseorang tidak dianjurkan untuk pergi ke pasar, tanpa ada keperluan. Adapun jika ia pergi karena memang ada kebutuhan, seperti jual-beli, maka tidak masalah, berdasarkan firman-Nya Ta’ala,
“Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu (Muhammad), melainkan mereka pasti memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar.”
(QS. Al-Furqán: 20).
(2) Seseorang yang harus pergi ke pasar untuk suatu keperluan, seyogyanya mengusahakan untuk tidak menjadi orang pertama yang masuk ke sana, tidak pula menjadi orang yang terakhir keluar darinya. Hal ini berdasarkan perkataan Salman Al-Farisi, “Jangan sekali-kali kalian –jika memungkinkan- menjadi orang pertama yang masuk ke dalam pasar, jangan pula menjadi orang terakhir yang keluar darinya, karena pasar merupakan medan perang setan, dan di sana benderanya ditancapkan.[6]”
Seorang penyair menuturkan,Barang siapa menggantungkan hatinya di rumah Tuhan dan tidak meminta kecuali pada Yang Mahamulia lagi Maha Pemberi nikmat Itulah sosok yang mendapat naungan dari Allah, tatkala kita sama sekali tidak mendapat naungan kecuali dari-Nya Betapa banyak orang yang takut karena dosa-dosa sambil gemetar Ia tidak mendapat tempat berlindung, selain rumah Allah Ia pun menyucikan Allah dan shalat berdiri penuh ketidakberdayaan Di rumah yang tidak ada yang berhak disembah dengan hak kecuali Dia Hingga rohnya bersih dan jiwanya baik Sehingga, tidak ada lagi kegelapan di hati atau rasa iri Dan betapa banyak orang yang sesat datang, dirundung kegelisahan Dan ia kembali semangat dan mendapat bimbingan Betapa banyak orang bodoh datang dalam kegelapan menjadi bersinar bak purnama dengan ilmu yang diraihnyareferences