عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ «إنَّ أخْوَفَ ما أخافُ عليكم الشِّركُ الأصْغَرُ»، قالوا: وما الشِّركُ الأصْغَرُ يا رسولَ اللهِ؟ قال: «الرِّياءُ؛ يقولُ اللهُ - عزَّ وجلَّ - لهم يومَ القِيامةِ إذا جُزِيَ الناسُ بأعمالِهم: اذْهَبوا إلى الذين كنتُم تُراؤون في الدُّنيا، فانظُروا هل تَجِدون عِندَهُم جزاءً؟!»

Dari Mahmud bin Labíd , ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,

  1. “Sesungguhnya hal yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah syirik kecil.” 2. Mereka bertanya, “Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” 3. Beliau menjawab, “Ria. 4. Allah berfirman kepada manusia pada hari kiamat kelak, tatkala mereka hendak menerima balasan atas amalan mereka, 5. 'Pergilah menuju orang-orang yang dahulu pernah kalian pamerkan kepada mereka di dunia, dan lihatlah, apakah kalian mendapati balasan dari  mereka?


1. Nabi ﷺ menjelaskan dan memperingatkan umatnya dari perkara yang berbahaya yang dapat menghapus sebuah amalan. Nabi ﷺ menyebutnya sebagai syirik kecil, untuk membedakan antara syirik kecil dan syirik besar yang menyebabkan pelakunya keluar dari agama.Di antara contoh dari syirik kecil: bersumpah dengan nama selain Allah; pernyataan seseorang, ‘Karena kehendak Allah dan kehendak fulan’, merasa sial, jampi-jampi yang makruh, dan lain sebagainya yang tidak menyelisihi asas tauhid dalam arti penyelisihan secara total.[1]Semua hal tadi, bisa menyeret seseorang ke dalam perbuatan syirik besar; karena jika seseorang yang bersumpah atas nama selain Allah sambil meyakini akan keagungannya, atau sama halnya dengan seseorang yang mempercayai dukun, yang mengaku mengetahui perkara-perkara gaib, dan ria juga termasuk, jika dilakukan dalam setiap amalnya, atau menyinggung prinsip utama akidah. Begitu pula bagi yang meyakini bahwa jimat dan jampi-jampi mampu mencegah marabahaya dan menyembuhkan penyakit, ini semua termasuk syirik besar.[2]

2. Nabi g menyampaikan bahwa yang paling beliau khawatirkan menimpa mereka adalah ria, yaitu seseorang yang menampakkan ibadahnya agar diketahui banyak orang, supaya mereka memuji dan menyanjungnya dengan baik.

3. Kemudian beliau menyebutkan, bahwa Allah Ta’ala akan berfirman kepada mereka pada hari Kiamat ketika memberikan balasan kepada semua makhluk, “Pergilah kepada orang-orang yang dahulu amal ketaatan kalian persembahkan ke hadapan mereka, dengah harapan mereka akan melihat dan mendengar kalian, maka sekarang lihatlah, apakah kalian mendapati mereka bisa memberi balasan kepada kalian? Ini merupakan bentuk penghinaan dan peremehan atas mereka. Allah menghapus dan membatalkan amal mereka.

Nabi ﷺ bersabda

“Allah f berfirman, ‘Aku tidak butuh sama sekali terhadap sekutu, barang siapa yang melakukan suatu amalan namun menyekutukan-Ku dalam amalnya tersebut, maka Ku-tinggalkan ia bersama apa yang ia sekutukan.’”[3] 

Allah menjadikan balasan orang yang berbuat ria dengan memberikan apa yang diingininya di dunia, yaitu dia bisa menjadi terkenal karena perbuatannya.

Nabi ﷺ bersabda

 “Barang siapa yang ingin dirinya didengar, niscaya Allah akan perdengarkan, dan barang siapa yang ingin diperlihatkan, maka Allah pun akan memperlihatkannya.”[4]

 Maksudnya, barang siapa yang beramal demi meraih pujian manusia, niscaya Allah akan memperdengarkannya di telinga manusia, dan itulah balasan yang didapatkannya dari amalnya.[5] Beliau juga memberitahukan bahwa golongan yang pertama kali dibakar oleh api neraka pada hari kiamat adalah: orang yang bersedekah, membaca Al-Qur`an, dan mujahid. Mereka melakukan amalan itu semua karena ingin dilihat dan terkenal. Oleh sebab itulah, amalan mereka hangus.[6]

Implementasi

1. Nabi ﷺ pernah menggunakan metode ancaman dan memunculkan untaian nasihat dalam mukadimah pembicaraannya, yaitu dalam sabda beliau, “... perkara yang paling aku takutkan atas kalian.” Gaya bahasa semacam ini menarik perhatian pendengarnya serta menstimulus akal dan pendengarannya. Sudah selayaknya bagi orang yang menasihati, menggunakan metode-metode yang menyenangkan sehingga menarik perhatian orang lain.

2. Ria bisa memasuki berbagai amalan manusia. Seseorang terkadang mulai shalat, zikir, membaca Al-Qur`an, bersedekah, dan amalan lainnya, lantas ia melihat banyak orang di sana, lalu ia ingin mereka melihat ibadahnya dan mendengar suaranya. Apabila ia berusaha melawan nafsunya tersebut dan menghilangkan dari hatinya semaksimal mungkin, maka tidak berpengaruh apa pun terhadap amalannya. Ada pun jika ia membiarkannya, sehingga niatnya berubah dari ikhlas menjadi ria, maka amalnya gugur. Jadi, seorang Muslim harus senantiasa mengikhlaskan amalannya karena Allah, melawan kesyirikan dan rasa ria yang berusaha merusak hatinya.

3. Ria tidak hanya terjadi pada shalat, puasa, zakat dan semisalnya. Bahkan bisa jadi seorang siswa mengulangi pelajarannya karena ingin kesungguhannya dan usaha kerasnya dalam mencari ilmu dipuji orang lain; juga seorang pekerja yang melakukan pekerjaannya karena ingin kesungguhannya dipuji orang lain, sehingga dia tidak melakukan kerjanya dengan ikhlas karena Allah Ta'ala.

4. Di antara bahaya terbesar syirik kecil adalah para ulama berbeda pendapat tentang hukum ampunannya ketika tidak dibarengi dengan tobat. Oleh karena itu, waspadalah jangan sampai kamu terjerumus ke dalam posisi yang dikatakan oleh para ulama: Dia tidak akan diampuni sampai dia bertobat.

5. Nabi ﷺ mengabarkan tentang ria bahwa dia sangat tersembunyi. Artinya seseorang bisa jadi akan terjatuh ke dalamnya tanpa disadarinya. Oleh karena itu seorang Mukmin harus berlindung kepada Allah Ta'ala dari ria tersebut dalam setiap waktu dan kesempatan.

6. alñah bin Muÿarrif adalah seorang Qari` Kufah, tatkala ia melihat banyak orang yang belajar kepadanya, ia khawatir dirinya menjadi ria, lalu ia beranjak menuju Al-A’masy dan membaca Al-Qur`an di hadapannya. Akibatnya orang-orang pun condong belajar kepada Al-A’masy dan meninggalkan alñah.[7]

7. Jangan tertipu oleh syetan sehingga dia menghalangimu dari berbagai macam ketaatan atas nama ria. Memperlihatkan syiar-syiar agama dan ketaatan supaya ditiru oleh orang lain tidak termasuk ria. Ria adalah ketika tujuanmu melakukan amalan tersebut supaya manusia melihatmu.

8. Syirik tersembunyi sangat berbahaya. Oleh karena itu Nabi ﷺ telah memperingatkan para sahabatnya dari perbuatan tersebut dan memerintahkan mereka agar memohon perlindungan kepada Allah dari sikap tersebut.

Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari h, beliau mengatakan,

“Pada suatu hari Rasulullah ﷺ berkhotbah di hadapan kami, beliau bersabda, ‘Wahai manusia! takutlah terhadap bentuk kesyirikan ini; karena ia lebih tersembunyi daripada suara langkah semut.’ Lalu ada seseorang yang Allah kehendaki untuk berkata kepada beliau, ‘Bagaimana kami bisa melindungi diri darinya, sedangkan ia lebih tersembunyi daripada langkahnya semut, wahai Rasulullah!’ Beliau menjawab, ‘Ucapkanlah, ‘Alláhumma inná na’uæubika an nusyrika bika syai`an na’lamuhu wanastagfiruka limá lá na’lamuhu. (Ya Allah, sungguh kami memohon perlindungan kepada-Mu dari berbuat syirik kepada-Mu dengan sesuatu, sementara kami tahu, dan kami memohon ampun kepada-Mu dari yang tidak kami ketahui).’”[8]

9. Seorang hamba terkadang melakukan ketaatan niatnya ikhlas karena Allah Ta’ala, kemudian banyak orang yang melihatnya, menyanjungnya dan memujinya dengan baik, lalu ia merasa senang dengan hal itu. Kondisi semacam ini tidak merusak amalnya, bukan pula termasuk kategori ria, selama dirinya tetap ikhlas karena Allah Ta’ala. Diriwayatkan oleh Abu †ar , beliau mengatakan, “Ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah ﷺ, ‘Bagaimana menurutmu, seseorang yang mengerjakan kebaikan lalu ada banyak orang yang memujinya?’ Beliau menjawab, ‘Itu merupakan berita gembira yang disegerakan bagi orang mukmin.’”[9]

10.Seorang penyair menuturkan,

Sungguh rugi orang yang bersusah payah bukan karena Rabbnya

tetapi karena kemunafikan, apakah ada setelah ria selain kemunafikan?

Kelak kau mendapati balasan yang kau kerjakan dan simpan

sesuai, ketahuilah sungguh balasan sesuai dengan perbuatan

11.Penyair lain menuturkan,

Wahai jiwa, janganlah engkau lupakan Allah dengan karunia-Nya

Pertolongan-Nya kemampuanku, dan penelantaran-Nya kehancuranku

Langkah semut kecil di atas bukit Shafa di kegelapan malam tidaklah

lebih tersembunyi daripada ria dan syirik



Referensi

  1. HR. Muslim (2985), dari Abu Hurairah h
  2. . HR. Muslim (2986) dari Ibnu Abbas k
  3. (Lihat: Syarñ Ÿañíh Muslim karya An-Nawawi (18/116
  4. . HR. Muslim (1905) dari Abu Hurairah h
  5. .Lihat: At-Tauñíd karya Ibnu Rajab (hal. 23), Syarñ Kasyf Asy-Syubuhát dan Syarñ Al-Uÿúl As-Sittah karya Ibnu Ušaimin (hal. 115).
  6.  Lihat: Fatñ †il Jalál wa Al-Ikrám bi Syarñ Bulug Al-Marám karya Ibnu Ušaimin (6/357).
  7. HR. Muslim (2642)
  8.  HR. Ahmad (19109).
  9.  Ÿaid Al-Kháþir karya Ibn Al-Jauzi (hal. 292).



Proyek Hadis