124 - Di Antara Amalan Yang Paling Utama

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِ‍يَّ ﷺ: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلى اللَّهِ؟ قَالَ: «الصَّلاةُ عَلى وقْتِهَا»، قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ»، قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «الجِهَادُ في سَبيل اللهِ» قَالَ: حَدَّثَنِ‍ي بِهِنَّ، ولَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِ‍ي. 

Dari Abdullah bin Mas’ud, beliau berkata,

1. “Aku bertanya kepada Nabi , ‘Amalah apakah yang paling dicintai oleh Allah?’ Nabi menjawab, ‘Shalat pada waktunya.’ 2. Ibnu Mas’ud bertanya lagi, ‘Kemudian apa lagi?’ Nabi menjawab, ‘Kemudian berbakti kepada kedua orang tua.’ 3. Ibnu Mas’ud bertanya lagi, ‘Kemudian apa lagi?’ Nabi menjawab, ‘Berjihad di jalan Allah.’ 4. ” Kemudian Ibnu Mas’ud berkata, “Demikianlah Nabi memberitahu hal-hal itu. Seandainya aku meminta tambahan, pastilah beliau menambahnya untukku.’

1. Ibnu Mas’ud bertanya kepada Nabi tentang amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala agar beliau dapat memperbanyak melakukannya dan mendahulukannya atas amalan lain. Nabi menjelaskan bahwa amalan yang paling utama adalah shalat pada waktunya. Shalat adalah tiang agama Islam, fondasi hubungan seorang hamba dengan Tuhannya dan rukun Islam yang kedua. Oleh karena itu, melaksanakan shalat pada waktu yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala menjadi amalan yang paling dicintai-Nya.

Allah memuji hamba-hamba-Nya yang beriman karena mereka menjaga shalatnya dan melaksanakannya sebagaimana mestinya. Allah berfirman,

“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya. Dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna. Dan orang yang menunaikan zakat. Dan orang yang memelihara kemaluannya. Kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki. Tetapi barang siapa mencari di balik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya. Serta orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang yang akan mewarisi. (Yakni) yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.”

(QS. Al-Mu`minún: 1-11)

Allah menyebutkan sifat hamba-hamba-Nya yang beriman bahwa mereka khusyuk dalam shalat dan menjaga shalat mereka.

Allah juga mengancam orang yang mengabaikan shalat dan menunda pelaksanaannya hingga habis waktunya,

“Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti yang mengabaikan shalat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat.”

(QS. Maryam: 59)

Para ahli tafsir berkata, “Mereka mengabaikan waktu shalat. Seandainya mereka meninggalkan shalat, maka mereka menjadi kafir.” [1]

2. Selanjutnya Ibnu Mas’ud bertanya mengenai amalan yang paling utama setelah melaksanakan shalat pada waktunya. Nabi  menunjukkan kepadanya yaitu berbakti kepada kedua orang tua. Allah memberikan perhatian lebih kepada kedua orang tua dengan mendampingkan berbakti kepada keduanya dengan ibadah dan tauhid kepada Allah dalam banyak ayat-ayat Al-Qur`an, seperti firman Allah Ta’ala,

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.”

(QS. An-Nisá`: 36)

Dan firman Allah, “Katakanlah (Muhammad),

“Marilah aku bacakan apa yang diharamkan ini kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak.”

(QS. Al-An’ám: 151)

Berbakti kepada orang tua berarti berbuat baik kepada mereka, bergaul dengan baik, memberikan nasihat, melayani dan tidak durhaka kepada keduanya.

Allah berfirman,

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’”

(QS. Al-Isrá`: 33-34)

Rasulullah juga menjelaskan bahwa durhaka kepada kedua orang tua termasuk deretan dosa yang paling besar. Nabi bersabda, “Maukah kalian aku beritahukan tentang dosa yang paling besar?” Nabi mengucapkannya tiga kali. Para sahabat menjawab, “Iya, wahai Rasulullah.” Nabi bersabda, “Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Kemudian Nabi duduk, dan sebelumnya beliau bersandar, “Ingatlah juga kesaksian palsu.” Beliau terus-menerus mengulanginya sampai kami berkata, “Andai saja beliau diam (berhenti).” [2]

3. Ibnu Mas’ud kemudian bertanya mengenai amalan yang paling dicintai oleh Allah setelah shalat pada waktunya dan berbakti kepada kedua orang tua. Nabi menjelaskan bahwa amalan itu adalah jihad di jalan Allah Ta’ala. Jihad adalah memerangi orang kafir untuk menegakkan kalimat Allah dan memenangkan syiar Islam dengan jiwa dan harta. Jihad merupakan puncak agama Islam. Dengannya, bendera Islam akan terangkat dan simbol kebenaran akan terusung hingga hari kiamat. Dengannya juga Allah memuliakan kaum Mukminin dan menghinakan musuh-musuh Islam. Allah memuji orang-orang yang berjihad di jalan Allah dalam firman-Nya,

“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur`an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.”

(QS. At-Taubah: 111)

Rasulullah  juga menjelaskan bahwa tidak ada amalan yang menyamai pahala jihad di jalan Allah . Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan bertanya, “Tunjukkan kepadaku amalan yang menyamai jihad!” Nabi menjawab, “Tidak ada.” Nabi menambahkan, “Apakah engkau mampu masuk ke dalam masjidmu untuk shalat tanpa henti dan berpuasa tanpa pernah berbuka, ketika seorang mujahid keluar untuk berjihad?” Laki-laki itu menjawab, “Siapakah orang yang mampu melakukan hal itu?” [3]

4. Setelah itu, Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa beliau mencukupkan diri bertanya tiga amalan tersebut kepada Rasulullah . Seandainya beliau meminta kepada Nabi untuk menambahkannya, pasti Rasulullah akan menambahnya. Beliau berhenti bertanya karena sayang kepada Nabi.


1. (1) Para sahabat antusias untuk memanfaatkan waktu mereka dalam ketaatan, sehingga mereka bertanya kepada Nabi mengenai ibadah yang paling mendekatkan kepada Allah Ta’ala, yang paling disukai-Nya, serta paling banyak pahala dan ganjarannya. Alangkah baiknya setiap muslim meneladan mereka. 

2. (1) Sahabat yang bertanya mengenai amalan yang paling dicintai oleh Allah bukan hanya satu orang. Setiap kali ditanya, Rasulullah menjawab dengan jawaban yang berbeda menyesuaikan kondisi orang yang bertanya. Jawaban beliau sesuai dengan yang paling dibutuhkan dan paling sesuai dengan orang yang bertanya. Maka hendaknya para dai, ulama, dan pendidik memperhatikan kondisi dan karakter orang-orang yang bertanya dalam fatwa dan nasihat.
3. (1) Nabi mengajarkan untuk selalu melakukan shalat pada waktunya. Bahkan ketika terjadi perang Khandaq dan kaum Muslimin dikepung oleh kaum musyrikin, Nabi bersabda, “Semoga Allah memenuhi rumah dan kuburan mereka dengan api. Mereka menyibukkan kita dari shalat Asar hingga matahari tenggelam.” [4]
Nabi menyesal melewatkan shalat Asar walaupun sebenarnya beliau mempunyai uzur yang syar’i dalam masalah ini. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang meninggalkan shalat tanpa alasan syar’i?

4. (1) Ibnu Mas’ud bertanya kepada Nabi beberapa pertanyaan pada satu kesempatan yang sama. Walaupun demikian, Nabi tidak marah dan menggerutu. Maka hendaknya para dai dan ulama selalu bersikap sabar menghadapi masyarakat.

5. (2) Berbakti kepada kedua orang tua termasuk ibadah yang agung di sisi Allah Ta’ala. Barang siapa yang kedua orang tuanya atau salah satu dari mereka masih hidup maka hendaknya ia memaksimalkannya untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan berbakti kepadanya.

6. (2) Berbakti kepada kedua orang tua dapat menggugurkan dosa. Dalam hadis dari Ibnu Umar  disebutkan bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi dan bertanya, “Wahai Rasulullah, aku telah melakukan dosa yang besar. Apakah ada tobat untukku?” Nabi bertanya, “Apakah engkau mempunyai ibu?” Ia menjawab, “Tidak.” Nabi bertanya lagi, “Apakah engkau mempunyai bibi?” Ia menjawab, “Iya.” Nabi bersabda, “Berbaktilah kepadanya.” [5]

7. (3) Jihad di jalan Allah Ta’ala adalah amalan dan ibadah yang paling agung, tidak ada amalan apapun yang menyamainya. Nabi pernah ditanya, “Siapakah orang yang paling utama?” Nabi menjawab, “Orang mukmin yang berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya.” [6]

8. (3) Termasuk jihad di jalan Allah Ta’ala mengerahkan tenaga dan harta untuk menyebarkan agama Allah Ta’ala dan menyampaikan dakwah kepada manusia serta melakukan amar makruf nahi munkar.

9. (4) Hendaknya setiap orang merasa sayang kepada para ulama dengan tidak terlalu banyak bertanya kepada mereka. Ini dilakukan agar tidak membebani mereka dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Hendaknya dipilih waktu saat mereka tidak sedang merasa lelah, lemah dan lain sebagainya.

Referensi

  1. Tafsir Ibnu Katsir (5/243).
  2. HR. Al-Bukhari (2654) dan Muslim (87).
  3. HR. Al-Bukhari (2785) dan Muslim (1878).
  4. HR. Al-Bukhari (2931) dan Muslim (627).
  5. HR. At-Tirmizi (1904).
  6. HR. Al-Bukhari (2786) dan Muslim (1888).


Proyek Hadis