12 - Di Antara Sifat-sifat Allah Ta'ala

عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيّ رضى الله عنه، قَالَ: قَامَ فِينَا رَسُولُ اللهِ بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ، فَقَالَ: «إِنَّ اللهَ - عزَّ وجلَّ - لَا يَنَامُ،  « وَلَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ، يَخْفِضُ الْقِسْطَ وَيَرْفَعُهُ، يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ عَمَلِ النَّهَارِ، وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ عَمَلِ اللَّيْلِ، حِجَابُهُ النُّورُ - وَفِي رِوَايَةٍ: النَّارُ - لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ».

Dari Abu Musa Al-Asy’ari رضي الله عنه, beliau berkata, Rasulullah  berkhotbah di depan kami menyampaikan 5 (lima) pesan, “Sesungguhnya Allah عز وجل tidak tidur;tidak selayaknya Dia tidur; Allah merendahkan timbangan dan mengangkatnya;amalan (hamba) pada malam hari diangkat kepada-Nya sebelum ada amalan siang, dan amalan (hamba) pada siang hari diangkat kepada-Nya sebelum ada amalan malam; danhijab(penghalang)-Nya adalah cahaya. -Dalam riwayat yang lain, ‘Api.’-Seandainya Dia membuka hijab itu pastilah pancaran sinar wajah-Nya membakar seluruh makhluk-Nya sepanjang mata memandang.”

Nabi Muhammad  memberitahukan beberapa sifat Allah yang bagus, beliau menjelaskannya dalam lima pesan, yaitu:  

  1. Allah  سبحانه وتعالى tidak tidur, karena tidur adalah kekurangan. Allah سبحانه وتعالى tidak memiliki kekurangan dan tidak layak memilikinya. Sementara makhluk membutuhkan tidur untuk beristirahat dari lelah dan penat, maka Allah سبحانه وتعالى tidak memerlukan hal itu sama sekali. Dia menciptakan bumi, langit dan seluruh isinya tanpa merasa lelah. Oleh karena itu,

    Allah berfirman

    “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur.”

     (QS. Al-Baqarah: 255)

  2. Rasulullah   menegaskan sifat tersebut dengan menjelaskan bahwa mustahil bagi Allah untuk tidur. Kalimat pertama menunjukkan bahwa Allah tidak mungkin tidur. Kalimat kedua menunjukkan bahwa hal itu memang mustahil bagi Allah.[1]Mustahil bagi Allah untuk tidur karena tidur adalah kondisi lalai yang tidak sesuai dengan sifat-Nya yang selalu membersamai hamba-Nya, melingkupi seluruh makhluk-Nya, menahan langit dengan tangan-Nya. Seandainya Allah tidur, maka langit akan runtuh ke atas bumi, dan rusaklah keteraturan alam semesta. 

3.  Kemudian Nabi  menyebut sifat Allah yang lain, yaitu Allah سبحانه وتعالى menimbanbg amalan yang diangkat kepada-Nya dengan adil. Ada amal saleh yang diterima-Nya dan ada yang ditolak.

Allah berfirman سبحانه وتعالى

“Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik, dan amal kebajikan Dia akan mengangkatnya.”

(QS. Fáþir: 10) 

4.   Kemudian Allah  menjelaskan bahwa seluruh amal perbuatan hamba akan diangkat kepada Allah تبارك وتعالى setiap hari. Para malaikat yang mendapatkan tugas untuk mencatat amalan manusia pada siang hari mengangkatnya sebelum malam tiba; dan mereka mengangkat amalan malam hari sebelum siang menjelang. Tidak terlambat sedikitpun. Rasulullah bersabda, “Ada malaikat yang silih berganti pada waktu malam dan siang di tengah-tengah kalian. Mereka berkumpul ketika shalat Subuh dan shalat Asar. Malaikat yang semula berada bersama pada kalian, lalu naik ke langit dan selanjutnya Rabb mereka menanyai mereka, -sementara Dia lebih mengetahui keadaan para hamba-Nya tersebut-, ‘Bagaimana keadaan hamba-hamba-Ku ketika kalian tinggalkan?’ Para malaikat menjawab, ‘Kami meninggalkan mereka, sedang mereka tengah mengerjakan shalat dan kami mendatangi mereka, sedang mereka juga tengah mengerjakan shalat.’”[2]

5.   Kemudian Allah سبحانه وتعالى menyebutkan bahwa Dia tersembunyi dari hamba-Nya dengan penghalang berupa cahaya. Dalam riwayat yang lain, berupa api. Karena Allah  sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,

“Tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Mahahalus, Mahateliti.”

(QS. Al-An’ám: 103)

Tidak ada kontradiksi antara riwayat yang menyebutkan cahaya dan riwayat yang menyebutkan api. Karena api itu mengandung dua sifat: memancarkan cahaya dan membakar. Sangat mungkin Allah سبحانه وتعالى menghilangkan sifat membakar dari api dan membiarkan sifat memancarkan cahaya, berbeda dengan api neraka Jahanam. Apinya adalah api yang membakar yang tidak bercahaya. Berbeda dengan semua sumber cahaya yang ada di dunia seperti matahari, lampu, dan lain-lain. Semuanya mempunyai cahaya dan bisa membakar.[3]

6.   Seandainya Allah membuka penghalang itu, pastilah keindahan, kecemerlangan dan pancaran cahaya wajah-Nya membakar segala sesuatu yang dilihat oleh Allah Ta’ala atau yang melihat Allah Ta’ala. Artinya, seluruh makhluknya akan terbakar dan binasa. Ketika Allah  menampakkan diri kepada gunung, gunung itu tidak mampu menahannya. Padahal gunung adalah benda padat yang sangat keras. Allah Ta’ala menggambarkannya dalam firman-Nya,

“Ketika Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh ...”

(QS. Al-A’ráf: 143)

Jika itu yang terjadi kepada gunung, lalu bagaimana jika Allah menampakkan diri kepada manusia?

Implementasi

  1. Dalam hadis di atas disebutkan beberapa sifat Allah . Sifat-sifat Allah termasuk perkara yang gaib dan hanya diketahui berdasarkan wahyu. Kita wajib mengimani sifat-sifat yang disebutkan tanpa tafwid, menyerupakan ataupun mengingkarinya.

    “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.”

    (QS. Asy-Syúrá: 11)

  2. Sifat-sifat Allah itu ada yang tetap seperti ilmu, hidup, istiwa, mendengar, melihat dan sebagainya. Semua sifat ini wajib diimani dan ditetapkan sesuai dengan yang layak bagi Allah. Di antara sifat-sifat itu ada juga sifat salbiy yang wajib dinafikan dari Allah, seperti tidur, mati, zalim, lemah dan sebagainya. Ketika kita menafikan sifat-sifat tersebut maka harus dibarengi dengan penetapan lawannya dalam bentuk yang sempurna. Maka kita menetapkan bagi Allah sifat hidup, adil, kuasa dan lainnya yang merupakan lawan dari sifat yang dinafikan.

  3. Jika seorang Muslim mengetahui bahwa Allah tidak tidur dan Dia mengetahui segala sesuatu, maka hendaknya dia malu dilihat oleh Allah ketika dia melakukan kemaksiatan.

  4. Seorang Muslim hendaknya bersegera menggunakan waktunya, memanfaatkan malam dan siang untuk melakukan ketaatan. Daud At-Tá`í رحمه الله berkata, “Sesungguhnya malam dan siang adalah tempat persinggahan manusia sampai dia berada pada akhir perjalanannya. Jika engkau mampu menyediakan bekal di setiap tempat persinggahanmu, maka lakukanlah. Berakhirnya safar bisa jadi pada waktu dekat. Namun, perkara akhirat lebih segera daripada itu. Persiapkanlah perjalananmu (menuju negeri akhirat). Tunaikanlah kewajiban yang harus engkau tunaikan. Karena mungkin saja, perjalananmu akan berakhir dengan tiba-tiba.”[4] 

  5. Setiap hamba hendaknya bersegera untuk bertaubat dan beristighfar atas kesalahan dan dosa yang dilakukan sebelum catatan amal diangkat kepada Allah . 

  6. Jika seorang hamba menyadari bahwa Allah Ta'ala tidak pernah lengah sedikitpun darinya, Dia mengatur urusannya, mendengar doanya, dan melihat kondisinya, maka dia akan mendapati bahwa Allah tidak akan menzaliminya atau meninggalkannya sia-sia, sehingga itu akan membuat jiwanya tenang dan hatinya tenteram.

  7. Seorang penyair menuturkan,

Mahasuci †at yang memenuhi alam semesta dengan bukti-bukti

menunjukkan yang tersembunyi dengan apa yang ditampakkan-Nya

Mahasuci †at yang menghidupkan hati hamba-hamba-Nya

dengan goresan pancaran cahaya hidayah-Nya

Apakah setelah mengenal Tuhan ada yang lebih lagi 

kecuali selalu melakukan yang melanggengkan ridha-Nya

Demi Allah, aku tidak akan mencari perlindungan kepada selain-Mu karena 

petunjuk terhalang dari orang yang tidak berlindung kepada-Nya

Referensi

  1. Kifáyah Al-Ôájah fí Syarñ Sunan Ibnu Májah karya As-Sindí (1/85).
  2. HR. Al-Bukhari (555) dan Muslim (632).
  3. Majmú’ Al-Fatáwá karya Ibnu Taimiyah (6/387).
  4. Jámi’ Al-‘Ulúm wa Al-Ôikam karya Ibnu Rajab (2/382).

Proyek Hadis