Nabi ﷺ bersumpah atas suatu hal yang besar, beliau ingin menegaskan dengan sumpah demi Allah عز وجل, sehingga beliau bersabda, “Demi †at yang segala urusan dan hidupku berada di tangan-Nya. Jika Dia menghendaki, Dia mematikannya, dan jika Dua menghendaki juga, Dia menghidupkannya.”
Sumpah tersebut berisi tentang kewajiban beriman bagi semua orang yang telah sampai kepadanya dakwah Nabi ﷺ, yaitu umat-umat yang kepada mereka Nabi ﷺ diutus. Mereka adalah manusia dan jin, Arab dan non-Arab, dari waktu Nabi masih hidup hingga hari kiamat.
Yang dimaksud dengan dakwah telah sampai kepadanya adalah bila seorang mukalaf sudah memahami tentang adanya orang yang menyatakan bahwa dia adalah utusan Allah عز وجل, menyeru untuk menauhidkan-Nya, melarang untuk menyekutukan-Nya, menjelaskan hal tersebut, dan sebagainya, baik mukalaf itu menerima atau tidak. Sehingga cukup dikatakan bahwa dalil telah tegak atas seseorang yang memahami dengan benar tentang keberadaan seorang rasul dengan sifat tersebut. Adapun orang yang dakwah tidak sampai kepadanya dengan benar, kita tidak mengatakan bahwa dalil telah tegak atasnya,
berdasarkan firman Allah Ta’ala
“Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul.“
3. Nabi ﷺ menyebut orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka adalah orang yang paling mengenal Nabi ﷺ. Kabar gembira akan kenabian beliau telah sampai kepada mereka. Penyebutan mereka secara khusus menunjukkan bahwa mereka tidak beriman dengan risalah Nabi ﷺ sedikit pun, kendati ia mengatakan bahwa dirinya mengikuti agama samawi. Sehingga golongan selain mereka seperti para penyembah berhala dan golongan ateis lebih jauh lagi. Hal ini merupakan bukti bahwa seluruh ajaran agama dihapus dengan syariat yang dibawa oleh Nabi ﷺ.[1]
4. Setiap orang yang dakwah telah sampai kepadanya dalam kondisi sudah balig dan berakal, kemudian ia mati dalam keadaan kafir, tidak beriman kepada Nabi ﷺ, dan tidak mengikuti syariat yang beliau bawa, maka ia termasuk penghuni neraka, kekal di dalamnya selama-lamanya. Tidak bermanfaat baginya amal, garis keturunan, kemuliaan, atau kemewahan.
“Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.”
Implementasi:
Abu Hurairah رضي الله عنه menempuh jarak yang jauh dari negerinya, rida berhijrah, serta terasing menuju Allah Ta’ala dan Rasul-Nya ﷺ, padahal cukup baginya untuk masuk Islam di negerinya. Bahkan kemudian, beliau menjadi sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis meskipun belum lama masuk Islam. Maka, hendaklah masing-masing dari kita melihat dirinya sendiri, apa yang telah ia korbankan di jalan Allah Ta’ala? Seberapa jauh kesungguhannya untuk mendekatkan diri kepada As-Sunnah yang merupakan warisan Nabi Muhammad ﷺ?
Hendaklah kita mengagungkan perkara iman ini dan tunduk kepada apa yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ, baik hal tersebut sejalan dengan hawa nafsu kita atau tidak. Inilah masalah iman yang Nabi ﷺ bersumpah demi Zat yang hidup dan matinya berada di tangan-Nya.
Barang siapa yang memiliki hubungan kekerabatan atau hubungan dengan orang Yahudi atau Nasrani, maka hendaklah ia berbaik hati kepadanya dengan mengajaknya secara baik untuk masuk Islam. Sebab, agamanya tidak bermanfaat baginya. Bila ia masuk Islam, maka ia dan engkau mendapatkan dua pahala karena sebab tersebut. Rasulullah ﷺ bersabda, “Tiga golongan yang mendapatkan dua pahala: seorang dari golongan Ahli Kitab yang beriman kepada nabinya dan kepada Nabi Muhammad ... ” [2]
Seorang Muslim harus bangga dengan agamanya, dengan kebanggaan yang melebihi kebanggaan seseorang dengan peradabannya. Sebab, setiap pengikut agama lain berada dalam kerugian besar selama mereka tidak mengikuti agama Islam yang telah sampai kepada mereka. Maka, segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kita sebagai kaum Muslimin dan menunjuki kita kebenaran yang diperselisihkan dengan izin-Nya.
Rahmat terbesar adalah ketika seseorang berusaha untuk membebaskan diri, keluarganya, dan orang lain dari azab yang kekal. Sebab, tidak seorang pun yang akan masuk surga hingga ia beriman kepada Nabi ﷺ dan risalahnya serta mengikuti beliau. Dalam hal ini, para dai adalah orang yang paling sayang kepada orang lain. Sebab, mereka berjuang dengan lisan, harta benda, dan ilmu yang mereka miliki untuk menyelamatkan mereka dari azab Allah عز وجل. Hal semacam ini adalah kedudukan mulia yang sepatutnya diupayakan oleh setiap Muslim, untuk selanjutnya bergabung dengan barisan para dai.
Seorang penyair menuturkan,
Jadilah pengikut Sunnah sebaik-baik manusia
karena itu adalah tanda keselamatan seorang hamba.
Dialah yang karunianya meliputi seluruh makhluk
dan kebaikannya meliputi mereka di dunia dan akhirat.
Sejak ia datang, hati-hati yang buta kembali melihat
jalan kebenaran, dan telinga pun menyimak kebenaran
Wahai Tuhan, sampaikanlah selawat kepadanya sebanyak turunnya hujan
kemudian dedaunan dan ranting pohon pun tumbuh karenanya
Kirimkan kepadanya salam yang suci dan harum
keluarga dan para sahabat, salam yang tak akan lekang oleh waktu
Referensi
- Lihat: Tuñfah Al-Abrár karya Al-Baiðawí (1/43) dan Al-Mafātīñ fī Syarñ Al-Maÿábīh karya Al-MuÈhirí (1/72).
- HR. Al-Bukhari (97) dan Muslim (145) dari Abu Musa Al-Asy’ari