Nabi ﷺ menyebutkan beberapa tanda-tanda kiamat kecil, di antaranya: ilmu dicabut, maksudnya ilmu diangkat dan dicabut dari muka bumi. Yakni, kematian para ulama dan tidak ada orang yang mewarisi ilmu mereka dan menggantikan posisi mereka.
Di antara tanda-tanda kiamat juga, gempa banyak terjadi di berbagai penjuru bumi yang biasanya mengakibatkan kehancuran, tergantung besar dan kecilnya kekuatan guncangannya.
Di antara tanda-tandanya, masa terasa singkat, sehinga umur terasa lebih singkat dan durasi waktu serasa lebih cepat dari biasanya. Sehingga, perjalanan waktu menuju hari kiamat menjadi lebih cepat dengan ketentuan Allah Ta’ala yang hanya Dia yang mengetahuinya. Sebagaimana disebutkan dalam sabda beliau , “Hari kiamat tidak akan terjadi sampai waktu terasa lebih singkat, sehingga satu tahun terasa seperti satu bulan, satu bulan terasa seperti satu pekan, satu pekan terasa seperti satu hari, satu hari terasa seperti satu jam, dan satu jam terasa seperti satu kali percik nyala api.”[1]
Termasuk di antara tanda-tanda kiamat, merebaknya berbagai fitnah, hal ini berdasarkan sabda beliau , “Bergegaslah kalian mengerjakan amalan sebelum fitnah melanda, seperti potongan gelapnya malam. Seorang laki-laki di pagi hari dalam keadaan mukmin, lalu di sore harinya dalam keadaan kafir, atau di sore hari dalam keadaan mukmin, namun di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya demi mendapat materi duniawi.”[2]
Beliau mengabarkan bahwa fitnah-fitnah semakin besar dan semakin banyak menjelang terjadinya kiamat, sampai-sampai seorang mukmin berangan-angan ingin mati lantaran begitu beratnya cobaan agama yang dihadapi. Beliau bersabda, “Dan demi †at yang jiwaku berada di tangan-Nya, dunia tidak akan binasa sampai ada seorang laki-laki yang melewati sebuah kuburan, lalu ia berguling di atasnya, seraya berkata, ‘Aduhai sekiranya dirikulah yang berada di dalam kuburan ini, karena beratnya ujian agama yang dihadapi.”[3]
5. Seiring dengan munculnya banyak fitnah, tampak juga tanda-tanda kiamat lainnya, yaitu banyak terjadi Al-Haraj yakni pembunuhan. Banyak manusia yang meremehkannya atau muncul banyak pemicunya. Nabi ﷺ mengabarkan bahwa membunuh seorang Muslim tanpa alasan yang hak (benar) termasuk tujuh perbuatan yang membinasakan,[4] dan Allah memberi ancaman bagi seorang pembunuhnya melalui firman-Nya,
“Dan barang siapa membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka Jahanam, dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya.”
6. Dan tanda yang terakhir disebutkan oleh beliau ialah harta berlimpah di muka bumi ini, sampai manusia atau sebagian besar mereka tidak membutuhkan harta lagi, sampai orang kaya tidak menemukan orang yang mau menerima zakatnya. Beliau bersabda, “Bersedekahlah kalian, sungguh akan tiba suatu masa, seseorang berjalan membawa sedekahnya, lalu orang yang ia beri harta berkata kepadanya, ‘Kalau saja dirimu datang membawa sedekahmu kemarin, maka akan kuterima. Adapun sekarang, aku tidak membutuhkannya,’ hingga ia pun tidak mendapati orang yang mau menerimanya.”[5]
Implementasi:
Hadis ini merupakan salah satu bukti kenabian beliau. Nabi ﷺ mengabarkan banyak indikasi dan tanda yang akan terjadi, kebanyakan memang sudah terjadi. Maka seorang Mukmin harus bangga dengan agamanya, dan hendaknya bertambah keimanannya.
Nabi ﷺ memberitahukan fitnah dan cobaan yang akan terjadi di akhir zaman, ini sebagai arahan bagi seorang Muslim agar berpijak di atas ilmu dan basirah. Lalu mengambil langkah konkret untuk menghadapi fitnah-fitnah yang menghadang.
Di antara tanda-tanda kiamat, yaitu ilmu dicabut ilmu dan kebodohan merebak. Banyak orang bodoh dan awam berfatwa dan berbicara mengenai hukum Allah tanpa dasar ilmu.
Seorang Muslimin harus memilih orang yang akan dijadikannya sebagai guru dalam mempelajari ilmu dan agama, karena di antara tanda-tanda kiamat adalah banyak orang yang mengklaim memiliki ilmu, dan banyak orang yang merusak manusia terkait agamanya.
Kaum Muslimin harus bersungguh-sungguh mencari ilmu, dan menyadari bahwa keengganan mereka menuntut ilmu merupakan bukti semakin dekatnya kiamat.
Seorang Muslim wajib berpegang teguh dengan agamanya. Selain itu, harus waspada agar tidak terjerumus ke dalam berbagai fitnah dan syahwat, bahkan mengingkarinya semaksimal mungkin, karena disebutkan dalam sebuah hadis, “Berbagai fitnah dibentangkan di hadapan hati layaknya tikar, helai demi helai. Hati yang dihinggapinya, akan muncul padanya noktah hitam; hati yang menolaknya, akan muncul padanya titik putih, hingga menjadi dua jenis hati: berwarna putih seperti sesuatu yang jernih, maka fitnah tidak akan membahayakan hati tersebut selama masih ada langit dan bumi. Adapun jenis hati lainnya, berwarna hitam seperti cangkir yang terbalik, tidak menyuruh kepada kebaikan dan tidak pula mengingkari kemungkaran, melainkan hanya mengikuti hawa nafsunya semata.”[6]
Sunnah Nabi ﷺ (dalam menghadapi berbagai fitnah) ialah memohon perlindungan dari berbagai macam fitnah, sebagaimana yang diperintahkan Nabi kepada para sahabatnya agar mereka memohon perlindungan darinya. Diriwayatkan dari Zaid bin Šabit, bahwasanya Nabi bersabda, “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari berbagai macam fitnah yang tampak dan tidak tampak.”[7]
Jika umur yang pendek termasuk tanda-tanda kiamat, maka seorang hamba harus bersegera bertobat dan bergegas mengerjakan amal saleh, sebelum kematian datang secara tiba-tiba.
Seorang manusia harus segera mengeluarkan zakat harta dan sedekahnya sebelum datang hari di mana tidak ada lagi yang bisa diterima darinya, dan dia tidak akan mendapatkan orang yang mau mengambil sedekahnya.
Seorang penyair menuturkan,
Jika kita hidup, Allah mengumpulkan kita semua
Dan jika kita mati, hari kiamat yang akan menghimpun
Tidakkah kau lihat, dosa dilakukan setiap saat
Padahal berisiko didatangi kematian secara mendadak
Wahai anak-anak dunia, dirimu membangunnya untuk orang lain
Wahai penumpuk materi, dirimu menumpuknya untuk orang lain
Kulihat seseorang bergegas dalam setiap kesempatan
Namun, suatu hari setiap orang pasti bertemu kematian
Mahasuci †at sang pemilik mutlak kerajaan, bukan yang lain-Nya
Sampai kapan orang rakus dunia berhenti dari hasratnya
Referensi
- HR. At-Tirmizi (2332).
- HR. Muslim (118).
- HR. Muslim (157).
- HR. Al-Bukhari (2766) dan Muslim (89) dari Abu Hurairah .
- HR. Al-Bukhari (1411) dan Muslim (1011) dari Harišáh bin Wahb.
- HR. Muslim (144).
- HR. Muslim (2867).