1. Nabi memotivasi untuk segera bertobat dan mengembalikan hak orang yang dizalimi. Barang siapa yang pernah mengambil hak saudaranya sesama Muslim secara zalim, baik itu dengan mencaci atau menjelekkannya, mengadu domba dan sejenisnya; memakan hartanya, merampas haknya, memukulnya dan lain-lain, maka dia harus meminta keikhlasan orang yang diambil haknya atau dizalimi tersebut sebelum hari kiamat. Karena pada saat itu, tidak ada lagi interaksi dengan harta sehingga tidak mungkin seseorang dapat mengembalikan hak orang lain dengan harta. Meminta dihalalkan (diikhlaskan) dapat dilakukan dengan cara mengembalikan hak orang yang dizalimi dan meminta kerelaan serta meminta maaf dari mereka.
2. Jika seorang Muslim belum meminta kehalalan dari kezaliman yang dilakukannya terhadap saudaranya di dunia, maka di akhirat ia akan memenuhi pembalasan dengan kebaikan dan keburukan. Kebaikan orang yang zalim akan diambil dan diberikan kepada orang yang dizalimi, jika ia mempunyai kebaikan. Jika orang yang menzalimi tidak mempunyai kebaikan, maka keburukan orang yang dizalimi akan dibebankan kepada yang menzalimi dan kemudian dilemparkan ke dalam api neraka.
Ini sesuai dengan hadis Nabi
“Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta.” Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang pada hari kiamat datang membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, namun dia juga membawa dosa mencaci maki orang ini, memfitnah berbuat zina orang ini, memakan harta orang ini, membunuh orang ini, dan memukul orang ini. Karena itu, pahala amal kebajikannya diberikan kepada mereka. Jika pahala kebajikannya sudah habis, sedangkan urusannya belum selesai, maka dosa orang yang dizaliminya diberikan kepadanya. Kemudian dia dicampakkan ke dalam neraka.”[1]
1. (1) Berhati-hatilah dengan harta, jiwa, dan kehormatan orang lain, karena Allah Ta’ala menyegerakan balasan bagi orang yang berbuat zalim.
“Tidak ada dosa yang lebih layak untuk Allah Ta’ala segerakan azabnya kepada orang yang melakukannya di dunia namun tetap ada azab yang Allah simpan baginya di akhirat kecuali kezaliman dan memutuskan silaturahim.” [2]
2. (1) Jika Allah saja yang merupakan penguasa langit dan bumi mengharamkan kezaliman atas diri-Nya
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku jadikan kezaliman itu haram di antara kalian, maka janganlah saling berbuat zalim.”[3]
Lalu bagaimana dengan hamba yang lemah, yang tidak bisa keluar dari keputusan dan hukum Allah Ta’ala?
3. (1) Bersegeralah untuk meminta kehalalan dari kezaliman yang engkau lakukan kepada orang lain sebelum engkau menyesal.
4. (1) Disyaratkan dalam bertobat untuk mengembalikan hak yang diambil dengan zalim kepada pemiliknya dan meminta maaf dari mereka. Maka usahakan agar tobatmu diterima.
5. (1) Berhati-hatilah dengan doa orang yang terzalimi, karena doa mereka mustajab dan pintu langit dibuka untuk doa tersebut.
“Berhati-hatilah dengan doa orang yang dizalimi karena tiada penghalang antara doa tersebut dengan Allah.”
6. (2) Berhati-hatilah, jangan sampai menzalimi orang lain,
karena Rasulullah ﷺ bersabda,
“Takutlah kalian dari berbuat zalim karena kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat.”
7. (2) Jagalah pahala kebaikan yang engkau raih dengan susah payah dan usaha yang keras di hadapan Allah Ta’ala. Jangan sampai pahala itu diambil oleh orang yang engkau zalimi atau orang yang engkau gunjingkan kehormatannya.
8. (2) Jika engkau khawatir bangkrut di dunia, maka ketahuilah bahwa kebangkrutan di akhirat jauh lebih berat dan jauh lebih menyengsarakan.
9. (2) Bayangkan jika engkau memikul dosa-dosa yang tidak pernah engkau lakukan. Dosa-dosa itu dibebankan kepadamu karena ucapan yang keluar dari mulutmu terhadap kehormatan saudaramu sesama Muslim.
10. (2) Bersegeralah mengembalikan hak orang yang dizalimi sebelum adanya pembalasan dengan menggunakan kebaikan dan keburukan; bukan dengan harta dan barang dagangan.
11. Seorang penyair menuturkan,
Di antara manusia ada yang kebiasaannya menzalimi orang lain
dengan berbagai alasan yang ia kemukakan
Ia berani memakan yang haram dan mengklaim
ada kemungkinan kehalalan pada harta benda itu
Wahai orang yang memakan harta yang haram terangkan kepada kami
dengan dalil kitab mana engkau menghalalkan yang kau makan?
Tidak tahukah engkau bahwa Allah mengetahui apa yang terjadi
dan Ia akan mengadili seluruh perkara manusia di hari kiamat
12. Penyair lain menuturkan,
Jangan sekali-kali berbuat zalim ketika engkau kuasa
karena kezaliman selalu berakhir dengan penyesalan
Matamu tertidur sedangkan orang yang dizalimi tidak bisa tidur
mendoakan keburukan untukmu dan mata Allah tidak pernah tertidur
Referensi
- HR. Muslim (2581)
- HR. Abu Daud (4902), Ibnu Majah (4211), dan At-Tirmizi (2511).
- HR. Muslim (2577).
- HR. Al-Bukhari (1496) dan Muslim (19).
- HR. Muslim (2578).